Bahagia - Santri Sohibul Qur'an
Sumber foto: dokumentasi pribadi
Bahagia
Oleh : Siti Haifa Khoerul Ummah
Perkara bahagia tentu tidaklah cukup jika sekadar dideskripsikan dengan hal-hal yang nampak dari sisi lahiriah seseorang. Mata yang berbinar, wajah yang berseri, senyuman yang terlukis manis, atau bahkan tawa yang terdengar bersahaja. Namun, lebih dari itu ... kekuatannya tertanam kokoh, bersemayam di tempat yang tak seorang pun mampu menerka, ialah hati yang dikatakan sebagai sang raja diri manusia.
Bagiku ... kebahagiaan ialah perkara yang 'mesti' diupayakan. Ia tak akan terwujud begitu saja atau hanya dengan trik 'simsalabim'! Masing-masing dari kita berpeluang besar untuk meraih dan merasakannya, tentu dengan jalan mengusahakannya. Sebab hal itu bagian dari hak manusia dalam menjalani keberlangsungan hidupnya di dunia.
Sebagai seorang hamba yang tak pernah luput akan nikmat dan bala (cobaan), maka kebahagiaan ialah tatkala kita meyakini dengan pasti akan 'kebaikan' yang ada di balik semua itu. Pasrah akan segala ketetapan Allah Ta'ala, tulus ikhlas menerima apa yang menjadi takdir dirinya. Saat nikmat menghampiri, kesyukuran begitu lekat terpatri. Demikian pula saat musibah terjadi, kesabaran begitu kokoh menghibur diri.
Sebuah kalimat bijak menyebutkan : "Bukan kebahagiaan yang menjadikan engkau bersyukur. Namun, bersyukurlah ... niscaya engkau akan bahagia!"
Oleh karenanya, dalam hal ini teori sebab akibat tidaklah berlaku! Kebahagiaan bukanlah 'sebab' agar kita mampu bersyukur, melainkan 'kesyukuran' lah yang membuat kita bahagia. Karena kebahagiaan setiap insan tidaklah sama; tingkatan, macam, dan rupanya, begitu bergantung pada sisi kecenderungan mereka. Namun, dapat kita lihat dari sikap kesyukuran mereka. Mereka yang tak mampu bersyukur selamanya tak kan merasakan bahagia.
Terlalu banyak hal yang dikhawatirkan, atau dijadikan beban pikiran untuk kemudian ingin ia genggam. Padahal dunia tak lain ialah ladang bercocok tanam untuk bekal amalan di kehidupan kekal akhirat kelak.
Sebab itu, mari perbanyak syukur ....
Jakarta, 26 September 2018
diedit oleh: Umi Fitri